Kamis, 31 Maret 2016

PERTUMBUHAN MERISTEMATIK PUCUK DAN AKAR



BAB 1. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tumbuhan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam siklus hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan aktivitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena berjalan bersamaan. Pada awal perkembangan embrio semua sel melakukan pembelahan diri, namun seiring dengan waktu pertumbuhan dan perkembangannya maka pembelahan sel menjadi terbatas di bagian-bagian khusus tumbuhan yang menunjukkan diferensiasinya sedikit. Dalam keadaan ini sel mempertahankan kemampuannya membelah diri. Pembelahan sel tidak hanya terjadi pada jaringan meristem, tetapi juga terjadi pada korteks batang dan pada jaringan pembuluh muda yang masih mengalami perkembangan.
Pertumbuhan pada tumbuhan dapat terjadi karena adanya sel-sel yang hidup dan beraktifitas untuk tumbuh dan berkembang. Proses pembelahan sel di meristem menghasilkan sejumlah sel yang baru. Produk dari pembelahan sel ini tumbuh dan berkembang membentuk suatu kesatuan untuk menyusun organisme.
Pada tubuh tumbuhan dewasa terdapat meristem. Dalam jaringan meristem terdapat sel meristem yang melanjutkan pembelahan diri secara tak terbatas yang menyebabkan terus bertambahnya sel-sel baru pada tubuh tumbuhan. Jaringan meristem dibagi menjadi dua jenis, yaitu jaringan meristem apikal yang terdapat pada ujung akar dan ujung tajuk (batang),  dan jaringan meristem lateral yang terletak sejajar dengan permukaan organ, sehingga disebut dengan jaringan yang menyebabkan pertumbuhan sekunder pada meristem sekunder.
Meristem sekunder merupakan jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu kambium dan kambium gabus. Aktivitas kambium menyebabkan batang tumbuhan menjadi besar. Kegiatan meristem sekunder meliputi kambium gabus (felogen), yaitu kambium penghasil jaringan gabus, sedangkan  kambium berperan menghasilkan sel hidup menurut arah jari-jari dari bagian xilem ke bagian floem (jari jari empulur), dan kambium interfasis yang merupakan pembentuk jari jari empulur.
Berdasarkan letaknya dalam tumbuhan, ada 3 macam meristem, yaitu zona meristematik (pembelahan), zona pemanjangan, dan zona diferensiasi. Zona meristematik (pembelahan) merupakan daerah paling ujung dan tempat terbentuknya sel baru yang aktif membelah diri, zona pemanjangan merupakan daerah hasil pembelahan sel meristem, dan zona diferensiasi (perubahan bentuk sel) yang terletak disebelah dalam daerah pemanjangan. Sel mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara teratur diantara 3 zona tersebut sesuai dengan persyaratan tumbuh menjadi tumbuhan yang baik.

1.2  Tujuan
1.    Memahami dan mengerti pertumbuhan meristematik pada tumbuhan.
2.    Memahami dan mengerti bagian-bagian tajuk dan akar yang mengalami pertumbuhan meristematik dominan.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
           
            Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang penting dalam suatu spesies. Tumbuhan akan melakukan pembelahan sel dengan sempurna apabila tumbuhan tersebut sehat dan hidup. Ketika suatu tumbuhan sudah mati, maka semua aktivitas yang ada dalam organ-organ tumbuhan juga ikut mati. Tumbuhan yang hidup, secara otomatis akan melakukan proses tumbuh dan berkembang untuk memenuhi persyaratan sebagai tumbuhan yang baik dan sempurna. Hasil tanaman yang baik diperoleh melalui perlakuan yang tepat pada tanaman (Widiastuti dkk, 2014).
            Tempat berlangsungnya tumbuhan hanya terjadi di meristem. Sel dewasa yang tumbuh kembali dinamakan meristem sekunder. Sel-sel meristem mempunyai ukuran yang stabil, untuk ukuran yang tidak mencapai persyaratan akan sulit untuk berkembang, sehingga proses pembelahan menjadi tidak optimal. Ukuran meristem sangat penting, karena akan menentukan kemampuan untuk berkembang. Tanaman memiliki jaringan-jaringan yang mendukung untuk proses pertumbuhan dan berkembangannya. Pada awal perkembangan tumbuhan, semua sel melakukan pembelahan diri. Jaringan tanaman memiliki kapasitas regeneratif yang luas dan seluruh tanaman dapat dikembangkan dari sel tunggal atau stek kecil (Sala, 2014).
            Ujung akar dan ujung tajuk mempunyai meristem. Jaringan meristem ada dua jenis, yaitu jaringan meristem lateral dan jaringan meristem apikal. Untuk menghasilkan bibit yang unggul dapat dilakukan budidaya secara kultur jaringan (in vitro). Dalam jaringan meristem apikal terdapat kultur. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi kultur yang aseptik secara in vitro. Kultur meristem apikal adalah pengkulturan eksplan berupa meristem dan jaringan di bawahnya dengan ukuran 0,3 - 1 cm (Rasullah dkk, 2013).
Tumbuhan mempunyai siklus dalam kehidupannya untuk dapat tumbuh dan berkembang. Tanaman tumbuh dengan melakukan pembelahan sel, pemanjangan sel, dan diferensiasi sel. Terdapat akar yang berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Sel-sel akar ini yang berada di ujung akar, menjalani divisi asimetris untuk bentuk angkutan sel memperkuat pada batas proksimal meristem, dan mereka keluar dari siklus sel pada zona transisi ke mulai membedakan ke dalam jaringan tertentu,termasuk epidermis korteks/endodermis, dan jaringan pembuluh darah di perpanjangan zona diferensiasi (Perilli dalam Lee, 2012).
Pertumbuhan bagian pucuk dan akar disebabkan adanya pembentukan sel-sel baru oleh jaringan meristematik (embrionik) pada titik tumbuh. Tumbuhan akan membentuk bunga apabila sudah mencapai ukuran dewasa. Akar yang kuat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Air dan unsur hara yang diserap oleh akar melalui ujung akar dan bulu akar akan ditransportasikan melalui batang dan percabangan.(Gustini dkk, 2012).
Pada batang yang tumbuh, daerah pembelahan sel  batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung (tunas). Perlakuan multiplikasi (perbanyakan pada sepotong tanaman kecil) sering dilakukan. Menurut Salisbury, pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati. Beranekaragam tanaman mengandung senyawa bioaktif yang dapat diekstraksi sebagai zat pengatur tumbuh (auksin, giberelin, dan sitokinin) diantaranya adalah ekstrak senyawa biji jagung (Ulfa dalam Pagalla, 2015).
Pertumbuhan akar dalam tanah berkaitan dengan keadaaan tanah di sekitar lingkungan tumbuhan. Keadaan tanah yang baik salah satunya digambarkan dengan tanah yang gembur, karena dalam tanah yang gembur proses masuknya air dan pertukaran udara dalam tanah berjalan dengan baik. Penggemburan tanah dapat terjadi akibat pelapukan bahan organik seperti daun, rumput, dan jerami akibat interaksi dengan mikroorganisme di dalamnya. Kelangsungan hidup mikroorganisme didukung oleh keadaan lingkungan yang basah dan lembab (Murbandono dalam Suharsi, 2013).
Pertumbuhan dan pemanjangan sel adalah suatu bentuk aktivitas dalam organ tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman yang lebih sempurna atau tanaman baru. Dalam akar tanaman, sebagian besar pembelahan sel terjadi di wilayah khusus. Pertumbuhan akar terjadi di apeks akar, bersarang kedua sel divisi dan ekspansi sel (Bizet et al, 2014).
Dalam tubuh tumbuhan dewasa terdapat jaringan embrionik yang disebut meristem. Jaringan meristem diklasifikasi berdasarkan letak posisinya dalam tubuh tumbuhan. Salah satunya adalah meristem interkaler, yang ada di jaringan dewasa, seperti misalnya di pangkal ruas batang rumput-rumputan (Fahn, 1991).
Pertumbuhan meristematik pucuk dan akar akan tumbuh dengan baik apabila keadaan lingkungan sekitar menguntungkan. Dalam tumbuhan terdapat suatu pengaturan tumbuh untuk tumbuhnya sehingga pertumbuhannya dapat teratur. Zat tumbuh utama yang terdapat secara alami pada tanaman adalah auksin, giberelin, kinin, dormin dan etilen (Darmawan, 2010).  

DAFTAR PUSTAKA

Bizet, F., Hummel, I, dan Beatrice, M. 2014. Length and Activity of The Root Apical Meristem  Revealed in Vivo by Infrared Imaging. Experimental Botany, 1(1): 488.

Darmawan, J., dan Baharsjah, J.S. 2010. Fisiologi Tanaman. Yoryakarta: Gajdah Mada University.

Fahn, A. Anatomi Tumbuhan. 1991. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Gustini, D., Fatonah, S, dan Sujarwati. 2012. Pengaruh Rootone F dan Pupuk Bayfolan terhadap Pembentukan Akar dan Pertumbuhan Anakan Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw). Biospesies, 5(1): 8-13.

Lee, Y., Lee, W.S., dan Kim, S,H. 2012. Hormonal Regulation of Stem Cell Maintenance in Roots. Experimental Botany, 1(1): 220-770.

Pagalla, D.V., Latunra, A.I., Baharuddi, dan Masniawati, A. 2015. Respon Pertumbuhan Propagul Pisang  Ambon Hijau Musa Acuminata pada Beberapa Konsentrasi Ekstrak Jagung Muda Secara in vitro,Biologi.

Rasullah, F.F.F., Nurhidayati, T, dan Nurmalasari. 2013. Respon Pertumbuhan Tunas Kultur Meristem Apikal Tanaman Tebu (Saccaharum officinarum) Varietas NX 1-3 secara in viro pada Media MS dengan Penambahan Arginin dan Glutamin. Sains dan Seni Pomits, 2(2): 2337-3520.

Sala,C.D. 2014. Direct Reprogaming of Adult Somatic Cells Toward Adventitious Root Formation ni Forest Tre Species: The Effect of The Juvenile-Adult Transition. Plant Science, 1(5):310.

Suharsi, T.K., dan Sari, A.D.P. 2013. Pertumbuhan Mata Tunas Jeruk Keprok (Citrus nobilis) Hasil Okulasi pada Berbagai Media Tanam dan Umur Bawang Merah. Ilmu Pertanian Indonesia, 18(2):97-101.

Widiastuti, L., Tohari., dan Sulistyaningsih, D. 2014. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Kadar Daminosida terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan Tanaman Krisan dalam Pot. Ilmu Pertanian, 11(2):35-42.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar