BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dataran dikelompokkan menjadi
tiga dataran, yaitu dataran rendah, dataran menengah, dan dataran tinggi. Dataran
memiliki kondisi fisik mencakup sumber daya alam serta flora dan faunanya yang
berbeda. Pengelompokan tersebut berdasarkan suhu, aktivitas genetika, dan
kebutuhan masing-masing jenis tanaman pada lingkungan sekitarnya. Daerah yang
akan digunakan dalam pembudidayaan tanaman perlu diperhatikan, sehingga sistem
kehidupan dan keadaan lingkungan yang akan digunakan tetap terjaga.
Karakteristik setiap tanaman berbeda-beda sesuai dengan fungsi fisiologisnya
pada daerah aslinya. Tanaman yang berhabitat di dataran rendah tidak akan mampu
hidup di dataran tinggi, namun tanaman yang memang berhabitat di dataran tinggi
akan tumbuh dengan baik di dataran tinggi karena proses kesesuaiannya yang baik.
Zona agroekologi harus disesuaikan dengan karakteristik yang dimiliki tanaman
seperti iklim, kondisi tanah, sinar matahari, dan kelembaban lingkungan yang
sesuai.
Dataran tinggi adalah dataran
yang terletak pada ketinggian lebih dari 700 m di atas permukaan laut. Dataran
tinggi terbentuk dari hasil erosi, sedimentasi,
dan tumpukan material-material dari gunung sekitarnya. Dataran tinggi
lebih cenderung pada ketinggian dan kemiringan lereng, sehingga berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan hasil produktifitas suatu tanaman yang dibudidaya. Selain
itu, kondisi dan komposisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Tumbuhan yang dibudidayakan pada dataran tinggi
biasanya mempunyai syarat tumbuh lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. Tanaman
buah-buahan pada dataran tinggi contohnya adalah pisang, apel, jeruk, dan buah
naga.
Dataran tinggi terbagi
menjadi menjadi dua iklim, yaitu dataran tinggi beriklim basah dan dataran
tinggi beriklim kering. Dataran tinggi mempunyai tanaman-tanaman penting yang
morfologi dan taksonominya berbeda dengan tanaman dataran rendah. Tanaman yang
memiliki unsur fisiologis yang sesuai dengan faktor eksternal lingkungan pada
dataran tinggi akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
1.2
Tujuan
1. Mengetahui dan mengenal tanaman penting yang
berhabitat di daerah dataran tinggi.
2. Mengetahui dan mengenal morfologi serta taksonomi tanaman
dataran tinggi.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman memerlukan daerah
yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang baik. Daerah yang akan
digunakan dalam pembudidayaan tanaman perlu diperhatikan. Karakteristik setiap
tanaman berbeda-beda sesuai dengan fungsi fisiologisnya pada daerah aslinya.
Oleh sebab itu, perlakuan pada tanaman bermacam-macam. Pembedaan perlakuan pada
tanaman disebabkan oleh keadaan temperatur, sedangkan temperatur dipengaruhi
oleh tinggi tempat. Faktor ketinggian selalu berkaitan dengan temperatur, dan
secara langsung temperatur sangat menentukan pertumbuhan tanaman (Rina dkk.,
2012).
Kondisi lingkungan yang baik
akan menghasilkan suatu produk tanaman yang baik jika dengan pengolahan yang
sesuai. Pengolahan suatu lahan dalam pertanian tergantung bagaimana komposisi
tanah dalam lahan yang akan digunakan. Pengelolaan menggunakan bahan organik
merupakan salah satu cara menjaga kualitas lingkungan. Pertanian menghormati
sistem lingkungan sendiri untuk membudidayakan tanaman tanpa menggunakan pupuk
kimia (Icar dalam Idoga dan Egbe, 2012).
Persebaran jenis tanaman
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang terdiri dari iklim, kelembaban udara,
dan kondisi topografi suatu wilayah seperti ketinggian tempat. Distribusi
tanaman juga dapat dipengaruhi oleh kemiringan dan ketinggian suatu tempat.
Ketinggian dan kemiringan suatu tempat mempunyai faktor-faktor dan komposisi
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor
yang paling berpengaruh terhadap kesesuaian pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah iklim. Tumbuh-tumbuhan yang
hidup pada suatu tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara
morfologis maupun fisiologis (Martono, 2012).
Pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak lepas dari keberadaan organisme dan kondisi alam
pada lingkungan. Tanaman dapat tumbuh di berbagai lingkungan kecuali lingkungan
yang ekstrim. Kondisi lingkungan pada dataran tinggi lebih cenderung pada tekstur
dataran yang bergelombang, berbukit, dan bergunung. Dua faktor pembatas utama
yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman adalah ketinggian tempat dan
kemiringan lereng (Andrian dkk., 2014).
Perubahan
iklim secara langsung mempengaruhi lingkungan alam. Pola tanaman yang di bentuk
oleh iklim berpengaruh pada persebaran tanaman. Hubungan
iklim dan pola tanaman sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman (Sun et al., 2013).
Wilayah
dataran tinggi mempunyai dua iklim, yaitu iklim basah dan iklim kering yang
sama-sama berada pada ketinggian 800-3000 m di atas permukaan laut dengan suhu
12-21ºC. Pola persebaran iklim
mempengaruhi pola penyebaran buah-buahan dan berbagai jenis tumbuhan.
Ketinggian tempat pada dataran tinggi adalah 800-3000 m di atas permukaan laut,
sehingga berpengaruh terhadap tanaman yang hidup di daerah tersebut. Faktor
lain yang ikut menentukan persebaran tanaman budidaya adalah suhu udara atau
temperatur (Sunarjono, 2013).
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara
“Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi” dilaksanakan pada hari Minggu, 1
November 2015 pada pukul 13.00-14.00 WIB di Desa Kemuning Lor, Rembangan,
Kabupaten Jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1. Tanaman yang diamati
3.2.2 Alat
1. Tabel pengamatan
2. Alat tulis
3. Penggaris
4. Meja dada
3.3
Cara kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan.
2.
Menetapkan objek tanaman yang diamati.
3. Menggambar
bentuk tanaman yang diamati dan memberi keterangan pada bagian-bagiannya.
4.
Mengisi tabel pengamatan.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
hasil pengamatan tanaman dataran tinggi
No
|
Jenis Tanaman
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Buah
Naga
|
|
Ciri
morfologi:
· Batang
mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapis lilin, berwarna hijau dan
ungu dengan bentuk segitiga
· Akar
sangat tahan dengan kekeringan dan tidak tahan dengan genangan yang cukup
lama
· Bunga
berbentuk terompet, mahkota bagian luar berwarna cream dan bagian dalam
berwarna putih
· Buah
berbentuk bulat agak memanjang dan lonjong dengan berat 50-500 gram
|
2
|
Bunga
Krisan
|
|
Ciri morfologi:
· Batang
tumbuh tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau
· Perakaran
menyebar kesemua arah pada kedalaman 30-40 cm
· Bunga
berada pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai dengan ukuran pendek
sampai panjang
· Daun
tanaman bercelah dan bergerigi pada bagian tepi, tersusun berselang-seling
pada cabang atau batang
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil
praktikum yang dilaksanakan menunjukkan bahwa perbedaan unsur cuaca serta
ketinggian tempat sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan pola
persebarannya. Perlakuan tanaman di daerah dataran tinggi berbeda dengan perlakuan tanaman di daerah
dataran rendah. Karakteristik setiap tanaman pada komposisi lingkungan
sekitarnya tidak sama, sehingga ada beberapa perlakuan yang berbeda-beda dalam
membudidayakannya seperti cara pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, dan pemeliharaan.
Perbedaan perlakuan pada tanaman menunjukkan bahwa interaksi setiap tanaman
pada lingkungan membutuhkan kesesuaian agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik.
Buah naga adalah salah
satu komoditas tanaman yang tergolong buah-buahan dan berhabitat di dataran
tinggi. Tanaman buah naga berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan Amerika
Selatan. Syarat tumbuh buah naga salah satunya adalah pada ketinggian di atas
800 m di atas permukaan laut. Bagian yang dipanen pada tanaman buah naga adalah
buahnya. Buah naga dapat diproduksi menjadi berbagai macam makanan dan minuman.
Akan tetapi, kebanyakan bentuk yang tersedia di pasar adalah dalam bentuk buah
segar. Perbanyakan pada tanaman buah naga adalah dengan cara menggunakan stek
batang. Pembibitan atau persemaian yang dilakukan pada tanaman buah naga sama
dengan cara perbanyakannya, yaitu dengan cara stek batang. Pengolahan tanah
yang dilakukan adalah dengan cara lubang tanam. Sistem penanaman pada tanaman
buah naga adalah menggunanakan sistem tanam monokultur.
Pemeliharaan yang
dilakukan pada tanaman buah naga ada beberapa cara yaitu pemupukan, pengairan,
pengendalian penyakit, pengendalian hama, dan pengendalian gulma. Pemupukan
pada tanaman buah naga ada dua tahap yaitu pendahuluan dan susulan. Pemupukan
pendahuluan menggunakan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah, sedangkan
pemupukan susulan menggunakan pupuk urea, TSP, dan KCL sebanyak 100 kg per
hektar. Pengairan yang dilakukan adalah dengan mengairi lahan pertanaman 1 kali
dalam seminggu. Hama yang sering menyerang tanaman buah naga adalah semut
hitam, sehingga pengendaliannya menggunakan insektisida dengan sistem semprot.
Pengendalian gulma tanaman buah naga menggunakan mekanik dan mencabuti gulma
secara manual. Panen pada buah naga dilakukan ketika buah sudah berwarna merah
dan berukuran maksimal dengan cara digunting bagian tangkai buah. Pemanenan
dilakukan selama 2-3 bulan. Penanganan pasca panen menggunakan pembersihan
dengan cara dicuci. Pengolahan limbah tanaman buah naga adalah digunakan untuk
pupuk organik. Pemasaran buah naga adalah domestik. Harga yang didapat oleh
petani buah naga sebesar Rp. 15.000/kg ketika musim, namun ketika pemanenan
tidak dalam musim buah naga maka akan di peroleh Rp. 30.000/kg. Perlakuan yang
dilakukan pada tanaman buah naga adalah agar tanaman buah naga dapat tumbuh dan
berkembang dengan normal, sehingga dapat menghasilkan produktifitas yang
berkualitas baik.
Bunga krisan adalah
komoditas tanaman yang tergolong bunga dan berhabitat di dataran tinggi. Bunga
krisan merupakan tanaman ornament yang berasal dari Bogor. Perbanyakan yang
dilakukan pada tanaman bunga krisan adalah dengan cara vegetatif. Pembibitan
bunga krisan adalah dengan cara vegetatif atau stek. Pengolahan tanah yang
dilakukan adalah dengan cara mencangkul. Penanaman menggunakan sistem penanaman
tradisional. Sistem penanaman bunga krisan dengan cara monokultur dengan jarak
12x12 cm. Pemeliharaan yang dilakukan pada bunga krisan adalah pemupukan,
pengairan, pengendalian hama, dan pengendalian gulma. Pemupukan dilakukan
dengan cara vegetatif dan generatif. Pengairan menggunakan DAP celup. Hama yang
sering menyerang adalah ulat dan wereng. Pengendalian gulma yang dilakukan pada
tanaman bunga krisan adalah dengan sistem manual. Pemanenan dilakukan ketika bunga
sudah mekar. Umur panen adalah selama 3 bulan. Panen dilakukan dengan cara
menggunting. Penanganan pasca panen adalah pembersihan, penyimpanan, dan
pengolahan limbah. Pembersihan tergantung pada konsumen. Penyimpanan bunga
bertahan selama 4-5 hari. Pengolahan limbah bunga krisan digunakan sebagai
kompos. Pemasaran bunga krisan adalah domestik. Tataniaga pemasaran adalah
dengan membuka toko bunga. Bunga krisan dijual dalam bentuk standart seharga
Rp. 15.000 per ikat dan spray seharga Rp. 14.000 per ikat.
BAB
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dataran
tinggi adalah dataran yang terletak pada ketinggian lebih dari 700 m di atas
permukaan laut.
2. Dataran
tinggi terbentuk dari hasil erosi, sedimentasi, dan tumpukan material-material
dari gunung sekitarnya.
3. Dataran
tinggi mempunyai dua iklim, yaitu iklim basah dan iklim kering yang sama-sama
berada pada ketinggian 800-3000 m di atas permukaan laut dengan suhu 12-21ºC.
4. Tanaman
yang cocok dibudidayakan pada dataran tinggi adalah tanaman yang tahan dengan
kekeringan serta mempunyai syarat tumbuh lebih dari 1000 m di atas permukaan
laut.
5.2
Saran
Praktikum acara “Pengenalan Tanaman Penting Dataran
Tinggi” terlaksana dengan baik meskipun ada beberapa kesalahan. Koordinasi
antara praktikan golongan C dengan asisten kurang diperhatikan, sehingga
praktikan mengalami kebingungan dalam mencari lokasi yang akan digunakan
sebagai tempat untuk praktikum. Persiapan yang berkaitan dengan kegiatan
praktikum sebaiknya dilakukan secara optimal sebelum acara praktikum dimulai,
sehingga tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan ketika praktikum sudah
dilaksanakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Andrian,
Supriadi dan P. Marpaung. 2014. Pengaruh Ketinggian Tempat dan Kemiringan
Lereng terhadap Produksi Karet (Hevea
Brasiliensi Muell. Arg) di Kebun Hapesong PTPN III Tapanuli Selatan. Agrekoteknologi, 2(3):981-989.
Idoga, S. And O. M. Egbe. 2012. Land Use Planning for Vegetable Farming
in Benue State of Nigeria. Science Frontier Research Agriculture and Veterinary
Sciences, 12 (6): 7-12.
Martono,
D. S. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi antara Jenis-Jenis Pohon Utama
Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah di Taman Nasional Gunung Rinjani Nusa
Tenggara Barat. Agri-tek,
13(2):18-27.
Rina,
D. N., Chairul dan Solfiyeni. 2012. Komposisi dan Struktur Tanaman Pekarangan
Dataran Tinggi di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok. Biologi, 1(2): 144-149.
Sunarjono,
H. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Sun,
J., G. Cheng., W. Li., Y. Sha and Y. Yang. 2013. On the Variation of NDVI with the Principal Climatic Elements in the
Tibetan Plateau. Remote Sensing, 1(5): 1894-1911.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar